Fisik Mata
dan Penglihatan
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Struktur anatomi mata
:
Ø Sklera
(bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata berupa selubung berserabut
putih dan relatif kuat
Ø Konjungtiva
: selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.
Ø Kornea
: struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Memiliki diameter
sekitar 12 mm dan jari-jari kelengkungan sekitar 8 mm.
Ø Lapisan
koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan suatu
bahan pigmen, tidak menutupi kornea.
Ø Pupil
: daerah hitam di tengah-tengah iris.
Ø Iris
: jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
Ø Lensa
: struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Ø Retina
: lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata,
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Retina
terbagi menjadi 10 lapisan dan memiliki reseptor cahaya aktif yaitu sel batang
dan sel kerucut pada lapisan ke-9.
Ø Saraf
optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
Ø Bintik
buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung, merupakan tempat
percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina, tidak mengandung sel batang
ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 13̊ – 18̊.
Ø Humor
aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Ø Humor
vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari bahan berbentuk
serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen
posterior mata).
RETINA SEBAGAI DETEKTOR CAHAYA
Retina mengubah
bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke otak. Penyerapan
suatu foton cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi fotokimia
di fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya sinyal listrik ke
otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energy minimum
untuk dapat menimbulkan reaksi.
Ada 2 tipe umum
reseptor cahaya di retina, yaitu :
a.
Sel Kerucut
·
Jumlahnya sekitar 6,5 juta di
masing-masing mata.
·
Digunakan untuk penglihatan siang hari
(fotopik).
·
Berguna untuk melihat detail halus dan
mengenali beragam warna.
·
Tersebar di seluruh retina, terutama di
fovea sentralis.
·
Memiliki sensitivitas maksimum di
panjang gelombang sekitar 550 nm pada region kuning
hijau.
b.
Sel Batang
·
Jumlahnya sekitar 120 juta di masing-masing
mata.
·
Digunakan untuk penglihatan malam hari
(skotopik).
·
Berguna untuk penglihatan perifer.
·
Tidak tersebar merata di retina namun
memiliki kepadatan maksimum di sudut sekitar 20̊.
·
Memiliki sensitivitas maksimum di
panjang gelombang sekitar 510 nm pada region biru-hijau.
PEMBEDAAN WARNA
Penglihatan warna
terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada tingkat reseptor sesuai dengan
teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan di luarnya sesuai dengan teori
antagonis.
Teori triwarna
menganggap bahwa pada retina terdapat 3 macam pigmen yang mempunyai penyerapan
maksimum terhadap warna biru, hijau, dan merah pada spectrum. Pigmen-pigmen ini
terdapat pada reseptor secara terpisah yang masing-masing mengirimkan
impuls-impuls yang dapat dibedakan ke otak. Teori antagonis menganggap bahwa
retina mempunyai aktivitas yang lebih kompleks. Ada 6 macam tanggapan retina
yang terjadi dalam bentuk pasangan antagonistik. Rangsangan yang menghasilkan
setiap tanggapan tunggal dapat menekan kegiatan anggota pasangan lain.
Ukuran saraf batang
dan kerucut yang begitu kecilnya, jika dikombinasikan dengan indeks bias
relatifnya yang tinggi menunjukkan bahwa mereka dapat bertindak sebagai pemandu
gelombang optik, yang secara selektif mentransmisikan energi hanya di dalam
suatu pita gelombang karakteristik sempit bagi saraf batang atau kerucut.
Secara teoritis, energi cahaya dalam suatu pemandu yang berupa serat
ditransmisikan dalam bermacam ragam yang karakteristik, artinya, ada
selektivitas warna dalam retina.
KEPEKAAN DAN KETAJAMAN MATA
Ada tiga macam ukuran
kepekaan / ketajaman mata, yaitu :
a.
Ambang kuantum
Ambang
kuantum merupakan jumlah minimum foton yang diperlukan untuk merangsang sebuah
tanggapan sensor. Ambang kuantum ini berperan untuk menentukan ketajaman
penglihatan seseorang di tempat gelap – seseorang dengan ambang kuantum yang
baik, akan memiliki penglihatan yang lebih baik di tempat gelap, artinya dengan
sedikit foton saja sudah mampu mengaktifkan sensor optikus (sel batang dan
kerucut).
b.
Ambang penerangan
Ambang
penerangan merupakan ukuran kepekaan relatif mata terhadap cahaya dengan aneka
macam panjang gelombang. Penglihatan untuk adaptasi gelap disebut skotopik dan
terang disebut fotopik.
c.
Ketajaman
Ketajaman
yang dimaksud merupakan ukuran ketajaman penglihatan dan diukur dengan
pemisahan sudut minimum terhadap dua buah objek dan bukan satu. Batas terendah
teoritis untuk resolusi dua buah titik cahaya adalah sebesar 0,1 mrad,
sedangkan pada kenyataannya, dengan penglihatan paling tajam dan kondisi yang
optimum manusia dapat memisahkan sudut pemisahan sekitar 0,2 mrad.
CACAT MATA
a.
Miopia (penglihatan dekat)
·
Karakteristik : titik jauh kurang dari
tak berhingga, bayangan jatuh di depan retina.
·
Penyebab umum : bola mata panjang atau
kornea terlalu lengkung.
·
Diperbaiki dengan : lensa negatif /
cekung / minus.
b.
Hiperopia (penglihatan jauh)
·
Karakteristik : titik dekat lebih dari
punctum proximum mata normal, yaitu 25 cm, bayangan jatuh di belakang retina.
·
Penyebab umum : bola mata pendek atau
kelengkungan kornea kurang.
·
Diperbaiki dengan : lensa positif /
cembung / plus.
c.
Astigmatisme
·
Karakteristik : benda titik nampak
bergaris-garis sedangkan benda bergaris-garis dilihat baik hanya pada arah tertentu
saja.
·
Penyebab umum : kelengkungan kornea
tidak merata.
·
Diperbaiki dengan : lensa silindris
atau lensa kontak keras.
d.
Presbiopia (mata tua)
·
Karakteristik : titik dekat lebih dari
25 cm, titik jauh kurang dari tak berhingga.
·
Penyebab umum : kurangnya akomodasi.
·
Diperbaiki dengan : lensa bifokal atau
trifokal.
e.
Buta warna
Buta
warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata
untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.
Buta
warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada
anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini
dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal
inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita.
Seorang wanita terdapat istilah ‘pembawa sifat’ hal ini menujukkan ada satu
kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara
fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada
umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta
warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor
buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.
Saraf
sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta
sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf
reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.
PENYAKIT MATA
a.
Ablasio
Ablasio
adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE).
Keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapa pun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih
tua. Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang
menderita rabun jauh (miopia) dan pada orang yang anggota keluarganya ada yang
pernah mengalami ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh
penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai
komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera dilakukan tindakan, ablasio retina
dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang menetap.
b.
Dakriosistitis
Dakriosistitis
adalah suatu infeksi pada sakus lakrimalis atau saluran air mata yang berada di
dekat hidung dan bersifat menular. Infeksi ini menyebabkan nyeri, kemerahan,
dan pembengkakan pada kelopak mata bawah, serta terjadinya pengeluaran air mata
berlebihan (epifora). Radang ini sering disebabkan obstruksi nasolakirmalis
oleh bakteri S. aureus, S. pneumoniae, Pseudomonas.
c.
Glaukoma
Glaukoma
adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata
akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang
bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf
mata akan mati.
d.
Katarak
Katarak
adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun.
Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusnya, bervariasi sesuai
tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya.
Dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan
penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara
bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak
berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya
ultra violet, radiasi inframerah, radiasi gelombang mikro, radiasi nuklir,
terkena bahan kimia tertentu, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan
hipertensi, usia lanjut, atau cedera (trauma) fisik pada mata.
e.
Koloboma
Koloboma
adalah lubang yang terdapat pada struktur mata, seperti lensa mata, kelopak
mata, iris, retina, koroid, atau diskus optikus. Lubang ini telah ada sejak
lahir dan dapat disebabkan adanya jarak antara dua struktur di mata. Struktur
ini gagal menutup sebelum bayi dilahirkan. Koloboma dapat terjadi pada satu
atau kedua mata.
Kloboma
memengaruhi pandangan, tergantung dari tingkat keparahan sesuai dengan ukuran
dan lokasi. Misalnya, bila hanya sebagian kecil dari iris yang rusak, pandangan
mungkin saja normal. Namun bila terjadi pada retina atau saraf optik, maka
pandangan pasien akan rusak dan sebagian besar lapangan pandang akan hilang.
Kadang-kadang mata dapat mengecil atau mikroftalmos, dan bahkan pasien dapat
menderita penyakit mata lainnya seperti glaukoma.
f.
Konjungtivitis
Konjungtivitis
adalah suatu peradangan pada konjungtiva dan bersifat menular. Penyakit ini
dapat disebabkan oleh faktor alergi, iklim, usia, dan jenis kelamin. Bayi baru
lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata
(biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya
eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis
gonokokal. Konjungtivitis gonokokal disebabkan melalui hubungan seksual
(misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).
g.
Xerophtalmia (xerosis)
Xerophtalmia
(xerosis), penyakit mata yang disebabkan oleh keringnya konjungtiva dan kornea
mata akibat kekurangan vitamin A. Salah satu gejala awal dari penyakit ini
adalah rabun senja, berkurangnya kemampuan melihat pada saat hari senja.
OPHTALMOSKOP
Perangkat ini dibagi
atas 3 bagian
1.
Atas
Bagian
ini sering disebut sebagai Projector Head dan di sinilah lokasi dari sumber
sinar dan media okuler tersedia yang letaknya saling bertolak belakang.
Beberapa perusahaan memberikan bantalan di atas bagian okuler ( bagian paling
atas ) atau menyediakan asesoris tambahan berupa plastik sepanjang kira-kira 5
cm yang berguna sebagai sandaran dahi agar supaya pengaplikasiannya lebih
mudah.
2.
Sleeve atau lengan
Sleeve
ini identik dengan pembentukan sinar yang anda inginkan. Berkas sinar melebar
dengan ketajaman sinar yang rendah disebut Sleeve Up, sedangkan berkas sinar
ramping ( seperti asesoris stenopic slit pada trial lens ) dengan ketajaman
sinar yang tinggi dikenal sebagai sleeve down. Persis dibawah sleeve ada alat
pemutar sudut dari berkas sinar yang pada nantinya berkas sinar bisa tampil
secara vertikal, horizontal dan miring tergantung pada axis yang dibentuk oleh
media mata pasien.
3.
Battery
Bagian
ini adalah tempat tangan anda menggengam retinoskop dan juga pengaturan
intensitas sinar yang ingin anda hasilkan. Patut digaris bawahi sebaiknya
intensitas sinar jangan terlalu tinggi dimana bila ini terjadi pasien akan
merasa silau dan pedih. Retinoskop digunakan sebagai salah satu alternatif
pemeriksaan obyektif ( baca pasien tidak berperan aktif ). Tatkala pasien kurang
kooperatif dan autoref tidak bisa mengeluarkan hasil alias error. Kemudahan
penggunaan dan efektifdalam waktu pemeriksaan menjadikannya sebagai idola di
atas idola bagi para praktisi yang memilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar